Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Rabu, 23 Juli 2014

Untuk Si Pahlawan Jawa, Suparman:)


         Tuhan entah kenapa perasaan ini berubah seketika setiap melihat dia ada di dekatku. Jantung ini berhenti seketika. Gugup. Senang. Malu. Perasaan itu bercampur aduk menjadi satu. Tuhan apa benar aku jatuh cinta? Atau hanya sekedar rasa suka yang hinggap begitu saja dan akan hilang dengan sendirinya?
Rasa senang yang dengan begitu saja muncul ketika aku tahu dia ada di dekatku. Dengan spontan aku mendekat dan menyapanya "hai". Dia pun membalasnya tanpa ragu. Sapaan itu berlangsung jabat tangan, dan darimana asalnya tanganku dan tangannya kini bersentuhan. Dan kedua tangan kita berayun-ayun. Ayunan ke depan dan ke belakang. Hingga kami tak sadar bahwa banyak yang menyaksikan kami.
        Aku baru sadar ternyata dari SD sampai SMA pun kami satu sekolah. Ya SD kami adalah SD swasta di sekitar tempat tinggal kami. Kami memang saling mengenal, saling tahu satu sama lain. Kami juga sempat dekat waktu aku kelas 3 dan dia kelas 5. Kedekatan itu karena kita pernah beradu akting dalam satu drama yang mengharuskan kita menjadi lawan main. Aku menjadi tokoh pewayangan dan dia menjadi pahlawan yang namanya diplesetkan ke dalam bahasa jawa. Dari situlah kita mulai dekat. Namun kedekatan itu terputus karena dia masuk SMP dan aku masih duduk dikelas 5 SD.
        Awalnya aku tak menyangka bahwa kita berada dalam satu sekolah yang sama lagi di SMP. Aku baru sadar saat aku akan pulang sekolah. Aku melihat dia. Aku familiar terhadap wajahnya. Sepertinya aku mengenalnya. Kulihat nama yang tertera di dada sebelah kirinya. Benar dugaanku bahwa itu dia. Sangat senang. Itulah perasaan yang kurasakan saat itu. Akhirnya kita dipertemukan lagi. Sayangnya setiap kali kita dipertemukan setiap itulah kita akan terpisah lagi. Ya aku baru saja masuk ke sekolah itu. Dan dia akan lulus. Kenapa selalu begitu?
        Dua tahun, waktu yang cukup lama. Setelah selama itu kita tak pernah bertemu, Tuhan mempertemukan kita lagi. Aku bertemu dia waktu aku naik angkutan. Aku memakai seragam biru putihku dan kamu memakai seragam putih-putihmu. Canggung rasanya ingin membuka percakapan terlebih dahulu. Hanya sebaris senyum yang kuberikan kepadanya. Tak sia-sia. Dia pun membalasnya. Senyum yang manis. Akhirnya dia yang memulai pembicaraan
        "Baru pulang dek?" tanyanya malu-malu.
        "Iya mas. Baru pulang juga?"
        "Iya."
        Percakapan itu terus berlanjut hingga dia turun dari angkutan umum. Perasaan ini masih sama. Gugup, senang, malu, bingung, canggung. Tak berubah sama sekali.
        Siapa sangka jika aku diterima di sekolah yang sama dengannya lagi? Bosankah? Tidak sama sekali. Justru rasa senang yang hinggap di hatiku. Lagi-lagi waktu terasa begitu singkat. Aku baru saja masuk dia akan lulus. Kenapa? Setiap kali bertemu maka kami akan berpisah. Mungkin memang ini jalannya. Aku hanya bisa berdoa jika suatu saat nanti kita dipertemukan lagi dan setiap pertemuan kita akan berpisah, Tuhan aku ingin di waktu yang sempit itu izinkan kami bertemu dan menghabiskan waktu kami yang singkat ini agar kami dapat membuat momen yang tak terlupakan untuk kami. Semoga.

Dari penggemar setiamu wahai Suparman
sekaligus lawan mainmu dalam sebuah drama 6tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar