Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Sabtu, 29 Agustus 2015

Kangen

Pertemuan yang bisa dibilang singkat. Namun membekas. Setelah berminggu-minggu sejak perpisahan itu, rasa rindu yang masih tersimpan rapi untukmu hingga saat ini. Aku ingin bertemu. Permintaan yang bodoh mungkin. Karena pada dasarnya aku dan kamu, kita bukan siapa-siapa. Hanya dua orang manusia yang dipertemukan tak sengaja. Mungkin sejak itu. Pandangan yang kau arahkan padaku (mungkin) membuatku jatuh cinta. Bahkan hingga saat ini. Jatuh cinta pada orang yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Yang hanya bertemu selama empat hari. Terlalu singkat dan tergesa-gesa. Tapi memang itu adanya.
Selama ini aku hanya bisa melihat sosial media yang kau punya, yang bahkan bisa dibilang sudah tak kau aktifkan lagi. Itu yang bisa kulakukan saat ini untuk melepas rindu. Sempat meminta agar Tuhan pertemukan kita kembali. Entah kapan. Hingga saat ini kita belum dipertemukan lagi. Mungkin esok, lusa, atau entah kapan. Hanya Tuhan yang tahu. Untuk kau yang di sana. Perlu kau tahu. Di sini ada wanita yang sangat merindukanmu. Aku. Seperti lagu yang kau nyanyikan 'kangen'. Sama seperti lagu itu. Aku sedang merindukanmu. Ya, aku tahu. Aku bukan siapa-siapa. Bahkan terlalu lucu untuk mengatakan ini. Aku sudah tak tahan memendamnya. Kau tahu? I miss you so much, but there is nothing i can do about it. Hanya mengandal doa yang berharap suatu saat nanti Tuhan berbaik hati padaku. Mempertemukan aku denganmu. Aamiin



Semarang,  29 Juli 2015
Teruntukmu yang di sana
Mata-mata (mungkin) yang telah membuatku jatuh cinta.
Masih kutunggu soundcloude terbarumu.

Senin, 03 Agustus 2015

Konyol ya, lagi-lagi menyukai seseorang dengan cepat. Bukan soal cepat atau tidak. Tapi soal nyaman dan tidak nyaman. Kenapa bisa dikatakan demikian? Yang mampu dan bisa merasakan hanya diri kita sendiri. Karena nyaman itu relatif.
Kamu, pria yang baru empat hari aku kenal. Kenal sebatas tahu siapa namamu, tak lebih. Mungkin hanya mampu curi pandang satu sama lain. Ya, seperti waktu itu. Saat tiba hari ketiga, aku akan melaksanakan perlombaan pentas seniku. Aku merasa ada yang memandangiku. Entah siapa. Waktu aku mencari sosok itu, kutemukan wajahmu. Entah sadar atau tidak, wajah kita bertemu. Aku merasa memang kamu lah yang sejak tadi asik mencuri-curi pandang. Namun saat wajah kita saling dipertemukan kau palingkan mukamu ke arah lain. Sekali dua kali tertangkap basah olehku. Kukira kamu hanya bermain-main. Hanya penasaran kepadaku. Namun ini sudah hampir kelima kali kamu tertangkap basah selalu mengarah kepadaku. Pada saat kelima itu, aku mencoba melihat sekelilingku. Banyak peserta memang. Namun saat aku mencari-cari sebenarnya siapa yang kau pandang dan sewaktu mengembalikan arah muka ku dengan wajah bertanya-tanya dan penasaran, kamu tersenyum ke arahku. Aku semakin bingung. Sebenarnya apa ada yang salah denganmu? Atau aku yang salah? Saat ku cari lagi siapa sosok yang kamu beri senyum, di sekitarku saat itu hanya ada peserta laki-laki. Ah apa iya kamu tersenyum dengan mereka? Karena pada saat itu mereka tidak mengarahkan pandangan ke arahmu. Dan senyum itu terulang hingga dua kali. Dengan wajah bingung dan salah tingkah hanya senyum getir yang kubalas, karena tak tahu harus bagaimana. Karena takut jika senyum itu bukan untukku.
                                    ****
Malam ini aku tak bisa tidur. Tak seperti malam-malam kemarin. Yang dengan mudahnya aku membaringkan tubuhku dalam ranjang dan menikmati mimpi yang indah. Aku tak bisa tidur bukan karena aku memikirkanmu. Atau memikirkan senyummu tadi. Hanya saja esok adalah hari terakhir kami dikarantina. Jujur tak ingin berpisah dengan mereka. Karena di sini aku merasa punya teman baru, keluarga baru dan sesuatu yang tak pernah kudapatkan sebelumnya. Karena tak bisa tidur kuputuskan untuk duduk di koridor depan dengan rekan satu kamarku. Saat kami berbincang-bincang. Kamu sedang bersiap untuk pulang. Saat kamu lewat di depan, aku sengaja menundukkan kepala untuk melihat bagaimana sikapmu. Kamu menyapa dengan mengatakan "Pulang dulu ya." Entah dengan rekanku atau denganku. Saat kamu mengatakan itu, kepalaku kutolehkan ke arahmu. Sontak sikapmu berubah. Terburu-buru. Seperti salah tingkah mungkin. Lalu langkahmu kamu percepat. Sikapmu membuatku semakin bingung. Sebenarnya ada denganmu?

Untuk Tuan "End"