Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Rabu, 27 Mei 2015

Jangan Berakhir

Sebuah cerita yang aku sendiri pun tak pernah mengerti asal mula cerita itu ada. Yang kutahu cerita itu berasal dari bunga tidurku semalam. Aku juga tak tahu kronologi awalnya seperti apa. Hingga aku bisa terbawa dalam sebuah cerita yang bisa membuatku menangis dalam tidur. Kita dipertemukan dalam sebuah peristiwa. Seperti kebanyakan orang berkata bahwa sebuah kebencian akan berakhir saling menyayangi. Begitulah yang kutahu. Dalam mimpi itu kita dipertemukan dalam keadaan yang sangat aku benci. Aku benci kamu. Kamu pun begitu. Kamu selalu mengikuti. Aku tak suka. Ketika aku memberontak bukannya pergi kamu malah menggodaku. Namun kebencian itu membawa perasaan berbeda lama-kelamaan. Ada keterikatan batin sepertinya. Entah sejak kapan darimana dalam cerita itu aku menyukaimu dan kamu menyukai. Bisa dikatakan hari satu hari setelah itu kita jadian. Aneh ya? Cerita yang sebenarnya tak masuk akal. Tapi itulah kronologinya. 
"26 Mei 2015. Ingat ya. Jangan sampai lupa. Itu tanggal jadian kita. Aku mau kita bisa terus sama-sama." itu katamu sambil memegang tanganku yang sampai siang ini aku masih ingat betul.
Dalam cerita tersebut kisah cinta kita seperti sudah berjalan dua minggu. Disitu kamu mulai berubah. Kamu memiliki kesibukan sendiri. Kamu lupa bahwa di sini ada aku. Awalnya aku coba untuk mengerti kondisimu. Aku tahu kamu sedang melatih adek kelasmu. Kamu seolah-olah bersikap profesional. Iya aku paham. Aku mengerti. Aku mengalah untuk tidak mendapatkan kabar darimu untuk saat ini. Seharusnya hari ini kamu sudah bisa memberiku kabar. Seharusnya hari ini kita bisa bertemu. Jalan berdua. Menikmati indahnya matahari terbenam seperti kebiasaan kita dulu waktu sore. Namun lagi-lagi gagal. Katramu kamu harus bekerja "part-time" untuk biaya tambahan kuliahmu. Lagi-lagi aku mengalah. 
Sorenya aku pergi ke tempat bekerjamu. Ingin menemanimu hingga kamu pulang dari kerja. Setibanya di sana aku mencarimu. Kutemukan sosokmu sedang bicara dengan rekan kerjamu. Saat kau juga melihatku, aku berharap kamu melambaikan tangan padaku, menghampiriku, memelukku karena sudah beberapa hari ini kita tak saling tukar kabar karena jadwalmu yang begitu padat. Tapi yang kudapat? Kamu memalingkan muka. Seperti tak senang dengan kehadiranku. Kamu meminta rekanmu untuk menutupi tubuhmu agar tak terlihat olehku. Lalu buru-buru kamu masuk ke dalam kafe tempat kerjamu.
Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar